Tertarik
dengan dunia film ? Seberapa jauh anda mengikuti perkembangannya ? Selain itu, apakah
anda ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang dunia perfilman?
Berikut penjelasan
tentang dunia perfilman yang saya dapat guys, monggo ..
1. Pengertian Digital Cinema
Dunia Digital Cinema banyak yang mengartikan cinema adalah film atau
movie. Film adalah Sebuah tontonan yang dapat kita nikmati di layar kaca
atau bioskop. Orang-orang sudah tak
asing terhadap film. Baik dari masyarakat pedesaan hingga masyarakat perkotaan.
Perkembangan film sangat pesat. Pada masa-masa munculnya film, tampilan film
masih berupa hitam putih hingga film yang menggunakan animasi-animasi canggih
seperti sekarang.
Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi
digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film
dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta
ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film
konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisihigh definition.
Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek
rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai
disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah
diakselerasi.
Tahapan
dalam pembuatan film digital
Pra-produksi : Persiapan perekaman dilakukan, yaitu
ketika pemeran dan kru
film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga
tahapan ketika ide film diciptakan, hak buku/naskah dibeli, dll.
Produksi : Elemen mentah untuk film akhir direkam.
Tim produksi terdiri dari:
a. Produser
b. Eksekutif
Produser
c. Line
Producer
d.
Production Manager
e. Unit
Manager
f.
Production Coordinator
g.
Post-production Supervisor
h.
Production Assistant
i. Penulis
Naskah
j. Script
Supervisor
k. Stunt
Coordinator
Tahap Produksi
Tahap ini
akan menjelaskan pada saat proses produksi dilakukan, yaitu :
· Drawing atau menggambar
Merupakan tahap awal dari proses produksi
animasi film ini, dalam menggambar penulis menggunakan cara manual yaitu
menggambar langsung pada media kertas.
· Scanning
Setelah
gambar manual sudah jadi, selanjutnya adalah mentransfer gambar manual tersebut
ke dalam komputer atau digital menggunakan scanner, proses ini disebut dengan
proses scanning.
· Tracing
Tracing
file digunakan untuk mengubah gambar berformat bitmap ke bentuk
vector, yaitu ketika akan mewarnai atau mengedit gambar.
· Editing Animasi
Dalam
proses ini mencakup : compositing, import file, scale, stroke, position dan
opacity.
· Checking
Proses
ini bertujuan untuk mencocokan antara storyboard dengan file animasi yang di
edit.
· Rendering 1
Rendering
tahap pertama menggunakan software animasi untuk film, seperti Adobe After
Effect.
Pasca-produksi : Film disunting; suara (dialog)
produksi sekaligus disunting (namun terpisah), runut musik (dan lagu) digubah,
dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik; efek suara dirancang
dan direkam; efek 'visual' grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital,
semua elemen suara dicampurkan menjadi 'stem', kemudian stem dicampurkan dan
disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai
("terkunci").
Proses setelah produksi
Pada proses
pasca produksi, negatif film pada kamera asli dipindai menjadi format digital
pada pemindai resolusi tinggi. Dengan teknologi digital, data dari kamera
gambar bergerak bisa diubah menjadi format berkas gambar yang enak untuk
ditonton. Semua berkas gambar dapat dikoreksi agar cocok dengan daftar edit
yang dibuat oleh editor film. Hasil akhir proses pasca produksi adalah penengah
digital yang digunakan untuk memindahkan rekaman gambar bergerak pada film ke
sinema digital. Semua suara, gambar, dan elemen data produksi yang telah
dilengkapi dapat dipasang pada pusat distribusi sinema digital yang berisi
semua material digital yang harus ditayangkan. Gambar dan suara kemudian
dimampatkan dan dikemas dalam bentuk kemasan sinema digital (dalam bahasa
inggris: Digital Cinema Package atau DCP.
2.
Estetika
Film
Refleksi
atas film merupakan sebuah aktivitas yang memiliki sejarah yang sarna panjang dengankemunculan
dari mediumnya sendiri sejak dekade akhir abad ke-19. Tulisan-tulisan awal pada
berbagai bentuk terbitan populer seperti dalam koran dan majalah memberikan
ulasan-ulasan singkat dalam kolom-kolom yang sangat terbatas ketika film baru
muncul. Tulisan-tulisan awal tentang film tersebut tidak terlalu teoritis,
dalam arti lebih berkesan antusiasme buta, pemujaan total dan mistik, serta
kekaguman atas pencapaian dari medium film yang baru muncul. Hingga tidak
akan ditemukan sikap yang terkesan mengambil jarak atas sebuah objek.
Refleksi
terhadap film selanjutnya akan tumbuh subur dengan kemunculan berbagai tulisan
dalam bentuk terbitan yang diperuntukan bagi masyarakat penggemar film yang
lebih serius dan menganggap film sebagai sebuah kultur baru yang signifikan.
Serta tulisan yang lebih khusus tentang teori dan estetika film, yang melakukan
analisa secara rigourdan ilmiah terhadap film sebagai sebuah objek kajian.
Jenis
tulisan yang terakhir, yaitu teori dan estetika film berkembang sangat pesat
khususnya setelah perang dunia II. Lewat pendirian Institute of Filmology di
universitas Sorbonne setelah pembebasan Perancis dari pendudukan Jerman, yang
mendekati film secara multidisi pliner dan perkembangan dari pendekatan
semiologi atas film yang dipelopori oleh Christian Metz sejak tahun 1964, selanjutnya
kemunculan buku-buku tentang teori film dan estetika menjadi bertambah subur.
3.
Aliran
Utama Pembuatan Film
Mainstream,
independen dan minoritas pembuatan film. Fokus studi kritis dalam penggunaan
teknologi CGI dan digital dalam membuat film cenderung Menjadi skala besar,
produksi fitur utama, yang efek khusus-sarat ‘blockbuster’. Namun demikian, dua
daerah lainnya dari film produksi yang patut dipertimbangkan dalam hal ini,
independen anggaran yang rendah dan Dunia Ketiga. Tapi sektor independen
sekarang begitu besar dan beragam yang membatasi definisi tersebut semakin
ketinggalan jaman. Memang, banyak pembuat film independen yang tertarik menggunakan
tampilan tertentu dan estetika visual dari CGI untuk tujuan tertentu, untuk
membuat film mereka berdiri keluar dari kerumunan fitur dirilis setiap tahun.
Wes Anderson The Aquatic Hidup Dengan Steve Zissou (2004), misalnya,
menggunakan komputer pencitraan untuk menambahkan kartun, aneh seperti kualitas
film tersebut, baik untuk komedi unik dan bermain di oposisi terhadap saat-saat
kesedihan disampaikan dalam cerita. Richard Linklater, untuk substansial lebih
rendah anggarannya Hidup Bangun (2001), menembak rekaman live action yang
sangat cepat, menggunakan camcorder digital, sebelum memanipulasi gambar
digital pada komputer, menggunakan teknik yang disebut ‘rotoscoping’ (suatu
teknik di mana animator jejak atas gerakan film aksi hidup). Kedua contoh
adalah pembuat film independen aktif mencari teknik digital yang baru untuk
meminjamkan film mereka yang khas dan mencolok visual yang berkualitas.
4.
Distribusi
& Pertunjukan Film Digital
Film indie
umumnya menawarkan tema-tema yang beragam yang tidak ditemui di film-film pada
umumnya yang cenderung latah dan mengekor film-film yang telah sukses.
Tema-tema sederhana, yang justru dengan kesederhanaannya dapat menembus
ketaksederhanaan, yang luput dari perhatian masyarakat.
Karena sifatnya sebagai alternatif, bukan komersil, membuat film indie penuh
dengan eksplorasi subyektif dari si pembuat. Filmmaker memiliki kebebasan
berekspresi menuangkan segala kreativitas imajinasinya dalam karya film,
sehingga menghasilkan film-film yang tidak biasa (tidak konvensional).
Kemurnian dan kejujuran inilah yang membuat film indie dikonotasikan sebagai
film ‘egois’ yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja.
Kemandirian dalam pengadaan dana / tanpa sponsor secara tidak langsung juga
mengakibatkan kemandirian pendistribusian dan penggunaan pemeran film.
Pendistribusian dilakukan secara ‘gerilya’dan pemain film yang mendukung
bukanlah selebriti terkenal, melainkan orang-orang biasa yang memiliki bakat
akting. Distribusi proyeksi, digital dan pameran jelas tidak hanya untuk
keuntungan keprihatinan minoritas dan film Dunia Ketiga. Untuk industri film
mainstream, elektronik men-download film dalam format digital, dari server
pusat ke server di stand proyeksi bioskop, adalah metode murah mendistribusikan
salinan rilis terbaru dengan jumlah besar layar bioskop rilis yang dituntut
oleh saturasi yang modern strategi.
Sekian postingan dari saya kali ini, semoga bermanfaat. Terimakasiih :)
Referensi