Blogger news

animasi bergerak gif

Sabtu, 07 Oktober 2017

Digital Cinema

Tertarik dengan dunia film ? Seberapa jauh anda mengikuti perkembangannya ? Selain itu, apakah anda ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang dunia perfilman?
Berikut penjelasan tentang dunia perfilman yang saya dapat guys, monggo ..

1.    Pengertian Digital Cinema

Dunia Digital Cinema banyak yang mengartikan cinema adalah film atau movie.  Film adalah Sebuah tontonan yang dapat kita nikmati di layar kaca atau bioskop. Orang-orang sudah tak asing terhadap film. Baik dari masyarakat pedesaan hingga masyarakat perkotaan. Perkembangan film sangat pesat. Pada masa-masa munculnya film, tampilan film masih berupa hitam putih hingga film yang menggunakan animasi-animasi canggih seperti sekarang.

Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisihigh definition. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.

Tahapan dalam pembuatan film digital
Pra-produksi : Persiapan perekaman dilakukan, yaitu ketika pemeran dan kru film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga tahapan ketika ide film diciptakan, hak buku/naskah dibeli, dll.
Produksi : Elemen mentah untuk film akhir direkam.
Tim produksi terdiri dari:
a. Produser
b. Eksekutif Produser
c. Line Producer
d. Production Manager
e. Unit Manager
f. Production Coordinator
g. Post-production Supervisor
h. Production Assistant
i. Penulis Naskah
j. Script Supervisor
k. Stunt Coordinator

Tahap Produksi
Tahap ini akan menjelaskan pada saat proses produksi dilakukan, yaitu :
·   Drawing atau menggambar
Merupakan tahap awal dari proses produksi animasi film ini, dalam menggambar penulis menggunakan cara manual yaitu menggambar langsung pada media kertas. 
·   Scanning
Setelah gambar manual sudah jadi, selanjutnya adalah mentransfer gambar manual tersebut ke dalam komputer atau digital menggunakan scanner, proses ini disebut dengan proses scanning.
·   Tracing
Tracing file digunakan untuk mengubah gambar berformat bitmap ke bentuk vector, yaitu ketika akan mewarnai atau mengedit gambar.
·   Editing Animasi
Dalam proses ini mencakup : compositing, import file, scale, stroke, position dan opacity.
·   Checking
Proses ini bertujuan untuk mencocokan antara storyboard dengan file animasi yang di edit.
·   Rendering 1

Rendering tahap pertama menggunakan software animasi untuk film, seperti Adobe After Effect.

Pasca-produksi : Film disunting; suara (dialog) produksi sekaligus disunting (namun terpisah), runut musik (dan lagu) digubah, dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik; efek suara dirancang dan direkam; efek 'visual' grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital, semua elemen suara dicampurkan menjadi 'stem', kemudian stem dicampurkan dan disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai ("terkunci").

Proses setelah produksi
Pada proses pasca produksi, negatif film pada kamera asli dipindai menjadi format digital pada pemindai resolusi tinggi. Dengan teknologi digital, data dari kamera gambar bergerak bisa diubah menjadi format berkas gambar yang enak untuk ditonton. Semua berkas gambar dapat dikoreksi agar cocok dengan daftar edit yang dibuat oleh editor film. Hasil akhir proses pasca produksi adalah penengah digital yang digunakan untuk memindahkan rekaman gambar bergerak pada film ke sinema digital. Semua suara, gambar, dan elemen data produksi yang telah dilengkapi dapat dipasang pada pusat distribusi sinema digital yang berisi semua material digital yang harus ditayangkan. Gambar dan suara kemudian dimampatkan dan dikemas dalam bentuk kemasan sinema digital (dalam bahasa inggris: Digital Cinema Package atau DCP.

2.    Estetika Film
Refleksi atas film merupakan sebuah aktivitas yang memiliki sejarah yang sarna panjang dengankemunculan dari mediumnya sendiri sejak dekade akhir abad ke-19. Tulisan-tulisan awal pada berbagai bentuk terbitan populer seperti dalam koran dan majalah memberikan ulasan-ulasan singkat dalam kolom-kolom yang sangat terbatas ketika film baru muncul. Tulisan-tulisan awal tentang film tersebut tidak terlalu teoritis, dalam arti lebih berkesan antusiasme buta, pemujaan total dan mistik, serta kekaguman atas pencapaian dari medium film yang  baru muncul. Hingga tidak akan ditemukan sikap yang terkesan mengambil jarak atas sebuah objek. 

Refleksi terhadap film selanjutnya akan tumbuh subur dengan kemunculan berbagai tulisan dalam bentuk terbitan yang diperuntukan bagi masyarakat penggemar film yang lebih serius dan menganggap film sebagai sebuah kultur baru yang signifikan. Serta tulisan yang lebih khusus tentang teori dan estetika film, yang melakukan analisa secara rigourdan ilmiah terhadap film sebagai sebuah objek kajian.

Jenis tulisan yang terakhir, yaitu teori dan estetika film berkembang sangat pesat khususnya setelah perang dunia II. Lewat pendirian Institute of Filmology di universitas Sorbonne setelah pembebasan Perancis dari pendudukan Jerman, yang mendekati film secara multidisi pliner dan perkembangan dari pendekatan semiologi atas film yang dipelopori oleh Christian Metz sejak tahun 1964, selanjutnya kemunculan buku-buku tentang teori film dan estetika menjadi bertambah subur.

3.    Aliran Utama Pembuatan Film
Mainstream, independen dan minoritas pembuatan film. Fokus studi kritis dalam penggunaan teknologi CGI dan digital dalam membuat film cenderung Menjadi skala besar, produksi fitur utama, yang efek khusus-sarat ‘blockbuster’. Namun demikian, dua daerah lainnya dari film produksi yang patut dipertimbangkan dalam hal ini, independen anggaran yang rendah dan Dunia Ketiga. Tapi sektor independen sekarang begitu besar dan beragam yang membatasi definisi tersebut semakin ketinggalan jaman. Memang, banyak pembuat film independen yang tertarik menggunakan tampilan tertentu dan estetika visual dari CGI untuk tujuan tertentu, untuk membuat film mereka berdiri keluar dari kerumunan fitur dirilis setiap tahun. Wes Anderson The Aquatic Hidup Dengan Steve Zissou (2004), misalnya, menggunakan komputer pencitraan untuk menambahkan kartun, aneh seperti kualitas film tersebut, baik untuk komedi unik dan bermain di oposisi terhadap saat-saat kesedihan disampaikan dalam cerita. Richard Linklater, untuk substansial lebih rendah anggarannya Hidup Bangun (2001), menembak rekaman live action yang sangat cepat, menggunakan camcorder digital, sebelum memanipulasi gambar digital pada komputer, menggunakan teknik yang disebut ‘rotoscoping’ (suatu teknik di mana animator jejak atas gerakan film aksi hidup). Kedua contoh adalah pembuat film independen aktif mencari teknik digital yang baru untuk meminjamkan film mereka yang khas dan mencolok visual yang berkualitas.

4.    Distribusi & Pertunjukan Film Digital
Film indie umumnya menawarkan tema-tema yang beragam yang tidak ditemui di film-film pada umumnya yang cenderung latah dan mengekor film-film yang telah sukses. Tema-tema sederhana, yang justru dengan kesederhanaannya dapat menembus ketaksederhanaan, yang luput dari perhatian masyarakat.

Karena sifatnya sebagai alternatif, bukan komersil, membuat film indie penuh dengan eksplorasi subyektif dari si pembuat. Filmmaker memiliki kebebasan berekspresi menuangkan segala kreativitas imajinasinya dalam karya film, sehingga menghasilkan film-film yang tidak biasa (tidak konvensional). Kemurnian dan kejujuran inilah yang membuat film indie dikonotasikan sebagai film ‘egois’ yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja.

Kemandirian dalam pengadaan dana / tanpa sponsor secara tidak langsung juga mengakibatkan kemandirian pendistribusian dan penggunaan pemeran film. Pendistribusian dilakukan secara ‘gerilya’dan pemain film yang mendukung bukanlah selebriti terkenal, melainkan orang-orang biasa yang memiliki bakat akting. Distribusi proyeksi, digital dan pameran jelas tidak hanya untuk keuntungan keprihatinan minoritas dan film Dunia Ketiga. Untuk industri film mainstream, elektronik men-download film dalam format digital, dari server pusat ke server di stand proyeksi bioskop, adalah metode murah mendistribusikan salinan rilis terbaru dengan jumlah besar layar bioskop rilis yang dituntut oleh saturasi yang modern strategi.


Sekian postingan dari saya kali ini, semoga bermanfaat. Terimakasiih  :)


Referensi